Jumat, 02 Juni 2017

Memetik Inspirasi dari Film "Hidden Figures" dan "The Founder"



Terkadang kebahagiaan didapat dari hal-hal yang sederhana, sesederhana maraton film bergizi di hari liburan. Rabu (1/6) kemarin hari libur nasional lagi, hari Pancasila. Dan saya melewatinya dengan menghabiskan waktu di rumah baru sahabat saya, Bidari. Tadinya kami berniat bukber sekalian di bellevue, tapi berhubung keburu mager dan kemaleman juga takutnya, akhirnya kami memilih anteng di kamar Bidari selama berjam-jam sampai malam hari. Seperti biasa, selain ngobrol, Bidari biasanya akan menawarkan mau nonton film apa. Karena sahabat saya yang satu itu emang koleksi filmnya banyak banget, mulai dari film Hollywood, Korea, Jepang, Indonesia sampe Bollywood. Biasanya saya paling bingung kalo ditanya, mau nonton apa--terutama kalo nontonnya dari laptop. Pilihan jatuh pada dua buah film biografi, yang satu judulnya Hidden Figures, satunya lagi The Founder. Sebenernya genre biografi bukan genre film kesukaan saya. But then again, kalo pun ditanya saya nggak pernah benar-benar tahu saya ini suka film genre apa.


Film pertama yang kami tonton sambil menanti waktu berbuka berjudul "Hidden Figures". Film ini bercerita tentang kisah sejarah tiga orang wanita Afrika Amerika yang menjadi tokoh penting di NASA. Pada masa itu, rasisme di Amerika masih tinggi banget. Di wilayah tempat ketiganya tinggal, saya lupa apa nama negara bagiannya, belum ada undang-undang kesetaraan ras gitu. Jadinya semuanya dipisahin antara orang-orang kulit putih dan kulit berwarna. Selama nonton film itu saya miris banget dan jadi sedih juga rasanya ngeliat perlakuan tidak adil yang diterima oleh kaum Afrika Amerika di sana. Bayangin aja, untuk toilet aja dipisah antara kulit putih dan kulit warna. Nggak hanya toilet, tapi hampir semua fasilitas, mulai dari perpustakaan, pendidikan, pekerjaan, dari hal paling besar sampe paling printilan, semuanya dibedakan! Sedih banget deh liatnya. Dari film ini saya jadi belajar soal penerbangan pertama manusia ke luar angkasa yang dilakukan oleh astronot bernama John Glenn. Ada banyak banget deh yang bisa kamu dapat kalau menonton film ini. Belum lagi akting dari para aktor yang mumpuni. Salah satu yang bikin saya kaget sesungguhnya adalah tampilan Mbak Kirsten Dunst di film ini. Aktris yang dulunya terkenal dengan perannya di film Jumanji dan Spiderman (as Mary Jane) ini keliata beda gitu. Mungkin karena udah makin berumur ya... hehehe... (Maaf mbak Kirsten :p). Overall saya mau kasih bintang empat untuk film ini.

Kirsten Dunst jadi "antagonis"

Film kedua yang saya dan Bidari tonton itu judulnya The Founder. Kami menontonnya selepas berbuka, sambil ditemani sepiring sate ayam. Film ini berkisah tentang sejarah berdirinya franchise Mc Donalds. Saya ingat, Bidari bilang menurut temannya (yang merekomendasikan film ini), sesudah menonton film ini kamu nggak bakalan mau lagi makan di McD. Waaah, kenapa tuh, pikir saya sebelum menonton film ini.


Rupanya, dalam film ini tergambar sosok Ray Kroc, pengusaha di balik resto fast food terbesar (nomor satu) di dunia, yang mau menghalalkan segala cara untuk dapat meraih apa yang ia inginkan. Sosok kayak gitu biasanya kan lekat dengan sosok antagonis di sebuah karya fiksi ya. Tapi melalui film ini, kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang. Iya, apa yang dilakukan Ray Kroc itu nggak baik dan barokah kalo dalam berbisnis, tapi tetap ada hal-hal dari diri Ray yang patut ditiru oleh siapapun, terutama yang mau jadi pengusaha. Yaitu kegigihan dan ketekunan dalam meraih apa yang diimpikan. Ada quote dari Ray yang saya suka:


Sosok kontroversial dan menggebu-gebu Ray Kroc, otak dibalik franchise raksasa "McDonalds"

"I know what you're thinking, how the heck does a fifty-two year old, over the hill, milkshake machine salesman build a fast food empire with 1,600 restaurants and an annual revenue of 700 million dollar? One word: 'persistence'."
Di balik sisi menghalalkan segala cara, ada beberapa hal sih yang saya kagumi, yaitu kecekatan Ray dalam mengambil peluang, mindset growing bisnis, dan juga ketekunan dia dalam bekerja. Dia bahkan nggak segan untuk turun tangan langsung seperti misalnya waktu dia harus ikutan bersih-bersih restoran. Dia juga bukan tipikal perngusaha dengan mindset orang-kaya-manja. Overall untuk film ini saya kasih empat bintang juga.

Menonton dua film biografi itu bikin saya mikir, seru sih ternyata ya belajar sejarah dari sebuah film. Lebih ngena gitu. Kalo kata Stifin saya yang Introvert Intuiting ini, salah satu metode belajar buat orang dengan tipe kecerdasan macam saya emang melalui film hehehe. Harus lebih rajin nonton film yang bergizi kayak Hidden Figures dan The Founder nih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Jenis Skincare Ini Wajib Kamu Jalani Agar Wajahmu Awet Muda

Sumber: https://content.mybeautymatches.com/dist_1.0/editorial/Korean-Skin-care-1.jpg Pernah enggak Ladies, saat bercermin, kamu m...